Oleh : Dina Fadhilah
Dibacakan oleh : Dina Fadhilah
Matanya tak menatap, telinganya ia tulikan, dan atensinya tertuju pada dirinya sendiri.
Ku lihat dia tuk pertama kalinya di sisi pintu utama, terisak. Abai ku layangan, sebab tak ada urusanku dengannya. Aku sedang terburu saat itu, 15 menit lagi kelas dimulai.
Kulangkahkan kakiku dengan tergesa. Ayolah, semoga pengajarnya belum datang.
Hari itu menjadi hari keberuntunganku,mungkin? pagi itu, pengajarnya datang 15 menit setelah ku duduk di deret kedua terdepan.
Kelas dimulai, dan diakhiri dengan pengumpulan tugas, yang lupa ku bawa. sial.
Ku rampungkan tugasku sampai larut malam, tapi dengan keteledoranku, tertinggal di atas meja belajar.
Kembalilah aku dengan jalan terseok-seok, ku abaikan segala bising di sepanjang jalan. Masa bodohlah dengan terikan, dan seretan kaki yang mengikuti. Kesal ku masih terbawa, dan kantuk merebut segala perhatianku.
Akhirnya, sampailah aku di depan pagar
sayup-sayup kudengar isakannya, ku buka pintu utama, dan menuju kekamarku dengan segera. Kulewati ia begitu saja.
Terbangunlah aku pukul 9:15 malam.
Aku hanya ingin terlelap dengan tenang.
Ku cuci mukaku agar terasa lebih segar. dan duduklah aku dengan malas, dengan punggung bersandar di bangku. Ku pejamkan mataku,
“Ada apa?” ucapku dalam hati.
Kembali kubuka mataku, ku lihat dia di hadapanku masih dengan isakannya.
“Dapatkah saya duduk di sini?” tanyanya sembari menunjuk kasurku. “Tentu saja” balasku seraya mempersilahkan ia duduk.
Dengan perlahan, dia duduk. Dia duduk dengan anggun, seperti perempuan Natherland pada umumnya.
“Berhentilah terisak, itu sangat menggangguku” dia hanya menundukkan pandangannya.
“Angkatlah kepalamu, seperti perempuan Natherland yang terhormat, dan katakan yang ingin kamu katakan” dia nampak sedikit terkejut, namun menutupinya dengan tanggap.
Dia perkenalkan dirinya sebagai Alene (seorang diri). Entahlah, aku tak begitu paham pengucapannya. Alene? Alene? namanya terlalu sulit tuk ku ucapkan.
di akhir, dia mengucapkan sebuah kalimat. aku tak yakin dengan pengucapannya. namun yang aku dengar
IK ZIE JE LATER. TOT ZIENS.
Itulah percakapan pertamaku dengannya.