Sebagaimana kita memaknai kehidupan, seperti itulah kita menjalaninya. Kali ini saya ingin menyampaikan tentang sebuah filosofi Jawa. Dalam filosofi Jawa ada sebuah ungkapan yaitu “Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang” yang artinya kurang lebih yaitu “Hakekat hidup itu hanyalah persoalan bagaimana seseorang memandang/melihat sebuah kehidupan". Makna 'melihat/memandang' ini sama halnya dengan prasangka, seperti yang biasa kita kenal.
Jika kalian percaya bahwa prasangka adalah sikap, kepercayaan, perasaan, dan judgment negatif terhadap suatu atau prasangka merupakan "virus" dalam berpikir, saya pribadi masih memegang arti bahwa prasangka memiliki dua pandangan, yaitu prasangka baik dan buruk.
Siapa yang bisa lepas dari Prasangka? Setiap melihat segala suatu yang berkaitan dengan kita atau bahkan tidak sama sekali, tetap saja akan sawang sinawang, entah prasangka baik atau buruk.
Beberapa kali kita berprasangka buruk terhadap suatu hal, namun kenyataannya sangat jauh berbeda. Pernah sekali saya berprasangka kepada seseorang. Prasangka ini saya simpan sendiri dan tidak ada orang yang tahu. Orang tersebut seperti kehilangan semangat hidup, iya tidak melakukan apapun, ia hanya menikmati hidupnya. Terlihat kehilangan arah. Beberapa tahun berikutnya, ternyata ia mendirikan perusahaan besar.
Walaupun masih tahap awal, namun perencanaan dan konsep--nya sudah sangat matang. Auto tertampar. Ternyata apa yang saya sangka salah besar. Orang tersebut tidak hanya berdiam diri atau pun menikmati kehidupannya kala itu, dia sedang mempersiapkan dan merencanakan segalanya. Hanya saja kita tidak tahu.
Kembali lagi berprasangka kepada seseorang yang saya anggap kehidupannya tidak pernah berubah dari tahun ke tahun. Mencoba berprasangka baik, namun tetap ada pemikiran, kenapa dia tidak begini atau begitu. Tak lama kemudian, saya melihat ia sedang menjalankan usaha selama beberapa bulan, dan saya tidak tahu. Tertampar kedua kalinya.
Lalu saya berprasangka kepada seseorang, apa yang ia rencanakan, kenapa tidak memikirkan ini atau itu. Lalu realitasnya berbeda, ia sudah merencanakan itu, hanya saja ia tak ingin semua orang tahu. Berkali-kali saya berfikir bahwa mereka yang saya labeli prasangka, sesungguhnya sedang merencanakan sesuatu, sekali lagi karena kita tidak tahu.
Kita tetap tidak akan tahu tentang apa yang seseorang itu inginkan, sukai, rencanakan, impi--kan. Kita juga tidak akan tahu apa saja keahlian, passion, dan ambisi orang tersebut, sehingga kita tidak bisa berprasangka atau bahkan menilai seseorang hanya dengan sudut pandang kita saja. Kita memikirkan hal yang baik maupun yang ideal adalah seperti apa yang kita rencanakan atau pikirkan. Padahal ada kemungkinan bahwa apa yang kita kerjakan juga di--prasangka oleh orang lain karena tidak sesuai dengan idealisme mereka.
Oleh : Adi Ariyanto
Dibacakan oleh : Yeyen Nilmalasari
Jika kalian percaya bahwa prasangka adalah sikap, kepercayaan, perasaan, dan judgment negatif terhadap suatu atau prasangka merupakan "virus" dalam berpikir, saya pribadi masih memegang arti bahwa prasangka memiliki dua pandangan, yaitu prasangka baik dan buruk.
Siapa yang bisa lepas dari Prasangka? Setiap melihat segala suatu yang berkaitan dengan kita atau bahkan tidak sama sekali, tetap saja akan sawang sinawang, entah prasangka baik atau buruk.
Beberapa kali kita berprasangka buruk terhadap suatu hal, namun kenyataannya sangat jauh berbeda. Pernah sekali saya berprasangka kepada seseorang. Prasangka ini saya simpan sendiri dan tidak ada orang yang tahu. Orang tersebut seperti kehilangan semangat hidup, iya tidak melakukan apapun, ia hanya menikmati hidupnya. Terlihat kehilangan arah. Beberapa tahun berikutnya, ternyata ia mendirikan perusahaan besar.
Walaupun masih tahap awal, namun perencanaan dan konsep--nya sudah sangat matang. Auto tertampar. Ternyata apa yang saya sangka salah besar. Orang tersebut tidak hanya berdiam diri atau pun menikmati kehidupannya kala itu, dia sedang mempersiapkan dan merencanakan segalanya. Hanya saja kita tidak tahu.
Kembali lagi berprasangka kepada seseorang yang saya anggap kehidupannya tidak pernah berubah dari tahun ke tahun. Mencoba berprasangka baik, namun tetap ada pemikiran, kenapa dia tidak begini atau begitu. Tak lama kemudian, saya melihat ia sedang menjalankan usaha selama beberapa bulan, dan saya tidak tahu. Tertampar kedua kalinya.
Lalu saya berprasangka kepada seseorang, apa yang ia rencanakan, kenapa tidak memikirkan ini atau itu. Lalu realitasnya berbeda, ia sudah merencanakan itu, hanya saja ia tak ingin semua orang tahu. Berkali-kali saya berfikir bahwa mereka yang saya labeli prasangka, sesungguhnya sedang merencanakan sesuatu, sekali lagi karena kita tidak tahu.
Kita tetap tidak akan tahu tentang apa yang seseorang itu inginkan, sukai, rencanakan, impi--kan. Kita juga tidak akan tahu apa saja keahlian, passion, dan ambisi orang tersebut, sehingga kita tidak bisa berprasangka atau bahkan menilai seseorang hanya dengan sudut pandang kita saja. Kita memikirkan hal yang baik maupun yang ideal adalah seperti apa yang kita rencanakan atau pikirkan. Padahal ada kemungkinan bahwa apa yang kita kerjakan juga di--prasangka oleh orang lain karena tidak sesuai dengan idealisme mereka.
Oleh : Adi Ariyanto
Dibacakan oleh : Yeyen Nilmalasari